1. Jelaskan bagaimana audit sosial independen dan mekanisme
perlindungan formal dapat mendorong perilaku etis ?
Audit sosial yang independen, yang mengevaluasi keputusan
dan praktek manajemen dalam hal kode etik organisasi, meningkatkan hal itu.
Audit tersebut dapat berupa evaluasi secara teratur atau mereka dapat terjadi
secara acak tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Sebuah program etika yang
efektif mungkin membutuhkan keduanya. Untuk menjaga integritas, auditor harus
bertanggung jawab kepada dewan direktur perusahaan dan menyajikan temuan langsung
ke mereka. Susunan ini memberikan pengaruh kepada auditor dan mengurangi
kesempatan untuk balas dendam dari mereka yang diaudit.
Mekanisme perlindungan, karyawan yang menhadapi dilema akan
etika membutuhkan mekanisme perlindugan sehingga mereka dapat melakukan apa
yang benar tanpa takut akan teguran. Sebuah organisasi mungkin menunjuk
konselor etis bagi karyawan yang menghadapi dilema etika. Para penasehat ini mungkin
juga meganjurkan alternatif tindakan etis yang “benar”.
2. Jelaskan tahapan pengembangan moral Lawrence Kohlberg !
Pada tingkat prakonvensional kita menemukan:
Tahap I – Orientasi
hukuman dan kepatuhan: Orientasi pada hukuman dan rasa hormat yang tak
dipersoalkan terhadap kekuasan yang lebih tinggi. Akibat fisik tindakan,
terlepas arti atau nilai manusiawinya, menentukan sifat baik dan sifat buruk
dari tindakan ini.
Tahap 2 – Orientasi
relativis-intrumental: Perbuatan yang benar adalah perbuatan yang secara
instrumental memuaskan kebutuhan individu sendiri dan kadang-kadang kebutuhan
orang lain. Hubungan antarmanusia dipandang seperti hubungan di tempat umum.
Terdapat unsur-unsur kewajaran, timbal-balik, dan persamaan pembagian, akan
tetapi semuanya itu selalu ditafsirkan secara fisis pragmatis, timbal-balik
adalah soal ”Jika anda menggaruk punggungku, nanti aku akan menggaruk
punggungmu”, dan ini bukan soal kesetiaan, rasa terima kasih atau keadilan.
Pada tingkat konvensional kita menemukan:
Tahap 3 – Orientasi
kesepakatan antara pribadi atau Orientasi ”Anak manis”: Orientasi ”anak manis”.
Perilaku yang baik adalah perilaku yang menyenangkan atau membantu orang lain,
dan yang disetujui oleh mereka. Terdapat banyak konformitas dengan
gambaran-gambaran stereotip mengenai apa yang diangap tingkah laku mayoritas
atau tingkah laku yang ’wajar’. Perilaku kerap kali dinilai menurut niat,
ungkapan ”ia bermaksud baik” untuk pertama kalinya menjadi penting dan
digunakan secara berlebih-lebihan. Orang mencari persetujuan dengan berperilaku
”baik”.
Tahap 4 – Orientasi
hukum dan ketertiban: Orientasi kepada otoritas, peraturan yang pasti dan
pemeliharaan tata aturan sosial. Perbuatan yang benar adalah menjalankan tugas,
memperlihatkan rasa hormat terhadap otoritas, dan pemeliharaan tata aturan
sosial tertentu demi tata aturan itu sendiri. Orang mendapatan rasa hormat
dengan berperilaku menurut kewajibannya.
Pada tingkat pasca-konvensional kita melihat:
Tahap 5 – Orientasi
kontrak sosial legalistis: Suatu orientasi kontrak sosial, umumnya bernada
dasar legalistis dan utilitarian. Perbuatan yang benar cenderung didefinisikan
dari segi hak-hak bersama dan ukuran-ukuran yang telah diuji secara kritis dan
disepakati oleh seluruh masyarakat. Terdapat suatu kesedaran yang jelas
mengenai relativisme nilai-nilai dan pendapat-pedapat pribadi serta suatu
tekanan pada prosedur yang sesuai untuk mencapai kesepakatan. terlepas dari apa
yang disepakati secara konstitusional dan demokratis, yang benar dan yang salah
merupakan soal ”nilai” dan ”pendapat” pribadi. hasilnya adalah suatu tekanan
atas ”sudut pandangan legal”, tetapi dengan menggarisbawahi kemungkinan perubahan
hukum berdasarkan pertimbangan rasional mengenai kegunaan sodial dan bukan
membuatnya beku dalam kerangka ”hukum dan ketertiban” seperti pada gaya tahap
4. Di luar bidang legal, persetujuan dan kontrak bebas merupakan unsur-unsur
pengikat unsur-unsur kewajiban. Inilah moralitas ”resmi” pemerintahan Amerika
Serikat dan mendapatkan dasar alasannya dalam pemikiran para penyusun
Undang-Undang.
Tahap 6 – Orientasi
Prinsip Etika Universal: Orientasi pada keputusan suara hati dan pada
prinsip-prinsip etis yang dipilih sendiri, yang mengacu pada pemaham logis,
menyeluruh, universalitas dan konsistensi. Prinsip-prinsip ini bersifat abstrak
dan etis (kaidah emas, kategoris imperatif). Prinsip-prinsip itu adalah
prinsip-prinsip universal mengenai keadilan, timbal-balik, dan persamaan hak
asasi manusia, serta rasa hormat terhadap martabat manusia sebai person
individual.
3. Jelaskan pendekatan “Wortel dan Tongkat” atau “The carrot
and stick concept” !
Teori wortel dan tongkat tentang motivasi (seperti teori
fisika Newton) berlaku dengan baik di bawah situasi tertentu. Alat pemuas
kebutuhan psikologi manusia dan dalam batas tertentu kebutuhan keamanan dapat
disediakan atau tidak diberikan oleh manajemen. Pekerjaan itu juga merupakan
alat demikian juga uaph kerja, kondisi kerja dan keuntungan. Dengan alat-alat
tersebut individu dapat dikendalikan selama dia berusaha untuk mencari nafkah.
Tetapi teori wortel dan tongkat tidak berlaku sekaligus jika
seseorang telah mencapai level penghidupan yang cukup dan termotivasi akan
kebutuhan pada level yang lebih tinggi. Manajemen tidak dapat menyedia kanrasa
hormat pada diri untuk seseorang, atau rasa hormat dari kelompoknya atau
pemuasan kebutuhan akan pemenuhan diri. Ini dapat menciptakan suatu kondisi
dimana dia didorong untuk mencari pemuasan bagi dirinya sendiri atau ini dapat
menghalanginya dengan gagalnya terciptanya kondisi itu.
Tetapi penciptaan kondisi tersebut bukanlah kendali. Ini
bukanlah alat yang bagus untuk mengarahkan perilaku. Dan sehingga
manajemen menemukan dirinya pada posisi yang ganjil. Standar kehidupan tinggi
yang diciptakan oleh teknologi modern menyediakan pemenuhan kebutuhan psikologi
dan kebutuhan keamanan secara mencukupi. Pengecualian yang cukup signifikan
adalah dimana praktek manajemen tidak dapat menciptakan kepercayaan diri—dan
maka dari itu kebutuhan keamanan terhalangi. Tetapi dengan membuat pemuasan
yang memungkinkan akan kebutuhan level rendah, manajemen menghalangi dirinya
sendiri terhadap kemampuan untuk menggunakan hal-hal yang dipercaya oleh teori
konvensional—penghargaan, janji, insentif atau ancaman dan alat pemaksa
lainnya—sebagai motivator.
Filosofi manajemen tentang arahan dan kendali—dengan
mengabaikan keras atau lemahnya—tidaklah cukupuntuk memotivasi karena kebutuhan
manusia yang menggunakan pendekatan ini sekarang menjadi motivator perilaku
yang tidak penting. Arahan dan kendali menjadi tidak berfungsi dalam memotivasi
orang-orang yang kebutuhan pentingnya adalah kebutuhan sosial dan egoistis.
Pendekatan keras maupun lemah gagal karena tidak lagi relevan dengan situasi
sekarang.
4. Carilah beberapa contoh perilaku tidak etis, Minimal 5 !
1. Menjual produk yang sudah tidak layak pakai
di penjualan online shop dan mengklaim barang berkualitas baik
2. Membayar upah buruh / pegawai
tidak sesuai standar
3. Membuat alasan sakit untuk
menghindari tindakan hukum
4. Mengklaim barang milik kantor
/ assets kantor sebagai barang pribadi atau hak milik sendiri
5. Menjual barang / makanan yang
sudah kadaluwarsa
5. Apa yang dimaksud dengan :
a. Penyimpangan ditempat kerja
adalah perilaku tidak etis yang melanggar norma-norma organisasi mengenai benar
atau salah.
b. Penyimpangan hak milik adalah Perilaku tidak etis terhadap
harta milik perusahaan. Misalnya: menyabot, mencuri atau merusak peralatan,
mengenakan tarif jasa yang lebih tinggi dan mengambil kelebihannya,
menipu jumlah jam kerja, mencuri dari perusahaan lain.
c. Penyimpangan
politik yaitu menggunakan pengaruh seseorang untuk merugikan orang lain
dalam perusahaan. Misalnya: mengambil keputusan berdasarkan pilih kasih dan
bukan kinerja, menyebarkan kabar burung tentang rekan kerja, menuduh orang lain
atas kesalahan yang tidak dibuat.
d. Penyimpangan produksi
adalah Perilaku tidak etis dengan merusak mutu dan jumlah hasil produksi.
Misalnya: pulang lebih awal, beristirahat lebih lama, sengaja bekerja lamban,
sengaja membuang-buang sumber daya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar