Selasa, 30 Oktober 2012

Salah nalar

Salah nalar (fallacy)
ialah gagasan, perkiraan atau simpulan yang keliru atau sesat. Pada salah nalar kita tidak mengikuti tata cara pemikiran dengan tepat. Telaah atas kesalahan itu membantu kita menemukan logika yang tidak masuk akal dalam tulisan. Di bawah ini ada sepuluh macam salah nalar yang telah ditemukan dalam karangan mahasiswa tingkat awal.
1.1               Deduksi yang Salah
Salah nalar yang amat lazim ialah simpulan yang salah dalam silogisme yang berpremis salah atau yang berpremis yang tidak memenuhi syarat.
Misalnya: Pengiriman manusia ke bulan hanya penghamburan. ( Premisnya: Semua eksperimen ke angkasa luar hanya penghamburan).
1.2              Generalisasi yang Terlalu Luas
Salah nalar ini disebut juga induksi yang salah karena jumlah percontohnya yang terbatas tidak mamadai. Harus dicatat bahwa kadang-kadang percontoh yang terbatas mengizinkan generalisasi yang sahih.
Misalnya : Orang Indonesia malas tetapi ramah. (Orang Indonesia ada   yang malas dan ada juga yang tidak ramah).  


1.3           Pemikiran ‘atau ini, atau itu’
Salah nalar ini berpangkal pada keinginan pada keinginan untuk masalah yang rumit dari dua sudut pandang (yang bertentangan) saja. Isi pernyataan itu jika tidak baik, tentu buruk; jika tidak betul, tentu salah: jika tidak putih, tentu hitam.
Misalnya : Petani harus bersekolah supaya terampil. (Apakah untuk   menjadi terampil kita selalu harus bersekolah?)
1.4        Salah Nilai atas Penyebaban
Generalisasi induktif sering disusun berdasarkan pengamatan sebab dan akibat, tetapi kita kadang-kadang tidak menilai dengan tepat sebab suatu peristiwa atau hasil kejadian. Khususnya dalam hal yang menyangkut manusia, penentuan sebab dan akibat sulit sifatnya. Salah nilai atas penyebab yang lazim terjadi ialah salah nalar yang disebut post hoc, ergo propter hoc ‘sesudah itu, maka karena itu’.
Misalnya : Swie King jadi juara karena doa kita. (Lawan Swie King tentu   juga didoakan para pendukungnya).





1.5     Analogi yang Salah
Analogi adalah usaha perbandingan dan merupakan upaya yang berguna untuk mengembangkan penalaran. Namun, analogi tidak membuktikan apa-apa dan analogi yang salah dapat menyesatkan karena logikanya salah.
Misalnya : Rektor harus memimpin universitas seperti jenderal memimpin divisi. (Universitas itu bukan tentara dengan disiplin tentara).
1.6     Penyimpangan Masalah
Salah nalar di sini terjadi jika argumentasi tidak mengenai pokok, atau jika kita menukar pokok masalah dengan pokok yang lain, ataupun jika kita menyeleweng dari garis.
Misalnya : Program Keluarga Berencana tidak perlu karena tanah di Kalimantan masih kosong (Manusia tidak bisa hidup dengan hanya memiliki tanah).
1.7 Pembenaran Masalah Lewat Pokok Sampingan
Salah nalar di sini muncul jika argumentasi menggunakan pokok yang tidak langsung berkaitan, atau yang remeh, untuk membenarkan pendiriannya. Misalnya, orang merasa kesalahannya dapat dibenarkan karena lawannya juga berbuat salah.
Misalnya : Saya boleh berkorupsi karena orang lain berkorupsi juga. (Korupsi dihalalkan karena banyaknya korupsi dimana-mana).
1.8 Argumentasi ad hominem
Salah nalar terjadi jika kita dalam argumentasi melawan orangnya dan bukan persoalannya. Khususnya di bidang politik, argumentasi jenis ini banyak dipakai.
Misalnya: Ia tidak mungkin pemimpin yang baik karena kekayaannya berlimpah. (Yang dipersoalkan bukan kepemimpinannya)
1.9 Imbauan pada Keahlian yang Disangsikan
Dalam pembahasan masalah, orang sering mengandalkan wibawa kalangan ahli untuk memperkuat argumentasinya. Mengutip pendapat seorang ahli sangat berguna walaupun kutipan itu tidak dapat membuktikan secara mutlak kebenaran pokok masalah. Misalnya : kita mengutip pendapat bintang film tentang pengembangan demokrasi.
1.10      Non Sequitur
Dalam argumentasi, salah nalar ini mengambil simpulan berdasarkan premis yang tidak, atau hampir tidak, ada sangkut pautnya.
Misalnya : Partai Rakyat Madani paling banyak cendekiawannya; karena itu usul-usulnya paling bermutu. (Tidak ada korelasi antara kecendekiaan dan kepandaian merumuskan usul).
2.            BANGUN KARANGAN
Suatu karangan yang baik, apalagi yang bersifat ilmiah, memiliki bentuk yang baku. Ada ragangan yang dianut secara umum dan paragraf-paragraf pada tulisan pun bukannya tanpa bentuk atau aturan.
2.1   Ragangan (outline)
Peragangan adalah proses penggolongan dan penataan berbagai fakta, yang kadang-kadang berbeda jenis dan sifatnya, menjadi kesatuan yang berpautan. Tulisan yang menjadi hasilnya dapat disebut laporan, makalah, arikel, skripsi, tesis, atau disertasi. Tata susunan itu tidak terbatas pada karangan dalam arti umumnya saja. Paragraf dan kalimat pun harus disusun secara cermat sehingga proses penalaran dapat dipahami dengan lancer. Susunan karangan umumnya terdiri atas (1) pembuka atau pengantar, (2) penutup, dan (3) sejumlah gagasan pokok atau pokok inti di antara kedua bagian itu. dan (3) sejumlah gagasan pokok atau pokok inti di antara kedua bagian itu. Rangkaian gagasan pokok itulah yang mewujudkan struktur karangan (ragangan buram) lewat penataan dan pengembangan oleh penulis.
Metode penyusunan yang banyak dipakai dalam tulisan paparan atau bahasan ialah memperinci topik karangan atas sejumlah pokok inti. Topik itu mengungkapkan masalah pokok yang harus dibahas dalam makalah atau uraian. (Kata topic biasanya diterapkan pada karangan yang (agak) singkat. Untuk buku, masalah pokoknya disebut subjek. Topic harus dibedakan dari judul. Judul karangan itu penting karena harus mampu menarik perhatian pembaca, tatapi judul bukanlah dasar yang baik untuk menyusun karangan. Acapkali judul baru dipikirkan setelah karangan selesai disusun. Jadi, yang pertama-tama harus diusahakan dalam penulisan karangan ialah topik yang tegas dan bukan judul yang menarik. Penulis karangan harus mulai dengan topik yang cakupannya terbatas, yang mudah dapat dipahami, jika ia bermaksud agar susunan pokok pembicaraannya jadi jelas bagi pembacanya.
Pembuka dan penutup merupakan bagian susunan karangan karena keduanya menyangkut struktur atau tatanannya. Namun, pembukaan dan penutup tidak harus sama panjangnya dengan batang tubuh karangan dan bobotnya pun tidak harus sama berat. Pembuka yang efektif bertujuan mengantar pembaca dengan langsung ke tengah-tengah persoalan dengan menjelaskan topik karangan. Jadi, kuncinya ada pada isi topik. Pembuka harus dapat membangkitkan minat sehingga pembaca ingin membaca lanjutannya.


3. SIMPULAN DAN SARAN
Belajar menulis dan mengarang dalam BITA (Bahasa Indonesia Tujuan Akademis) merupakan kemahiran produktif yang kurang berkembang. Komunikasi lisan dalam BITA terabaikan karena dianggap kemahiran yang paling sedikit dibutuhkan. Padahal, kefasihan berbicara sangat penting tentang pengusaan bahasa per orang. Mengarang dalam BITA juga dianggap kebutuhan yang paling penting tetapi justru jarang dilatihkan.
Di dalam karangan paparan dan persuasi, peranan logika sangat penting. Logika artinya bernalar; penalaran (reasoning) adalah proses mengambil simpulan (conclusion, inference) dari bahan bukti atau petunjuk (evidence), atau yang dianggap bahan bukti atau petunjuk. Secara umum ada dua jalan untuk mengambil simpulan: lewat induksi dan lewat deduksi. Deduksi dan induksi berkaitan dengan logika atau penalaran. Salah nalar (fallacy) ialah gagasan, perkiraan atau simpulan yang keliru atau sesat. Pada salah nalar kita tidak mengikuti tata cara pemikiran dengan tepat. Telaah atas kesalahan itu membantu kita menemukan logika yang tidak masuk akal dalam tulisan atau karangan. Mahasiswa perlu memahami aspek yang terkandung dalam penalaran sebelum membuat sebuah karangan agar terhindar dari salah nalar. Perlu dilakukan penelitian lebuh lanjut mengenai aspek kesalahan penalaran dalam karangan mahasiswa agar salah nalar minimal dapat dihindari.

Silogisme Kategorial

Silogisme kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor.

Semua mamalia binatang yang melahirkan dan menyusui anaknya. Kerbau termasuk mamalia. Jadi, kerbau : binatang yang melahirkan dan menyusui anaknya.

Yang perlu dicermati adalah, bahwa pola penalaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari kita tidak demikian nampak, entah di realita pembicaraan sehari-hari, lewat surat kabar, majalah, radio, televisi, dan lain-lain. Oleh sebab itu, dalam menyimak atau mendengarkan atau menerima pendapat seseorang, kita perlu berpikir kritis melihat dasar-dasar pemikiran yang digunakan sehingga kita dapat menilai seberapa tingkat kualitas kesahihan pendapat itu.

Dalam hal seperti ini kita perlu mnenentukan: 1) kesimpulan apa yang disampaikan; 2) mencari dasar-dasar atau alasan yang dikemukakan sebagai premis-premisnya; dan 3) menyusun ulang silogisme yang digunakannya; kemudian melihat kesahihannya berdasarkan ketentuan hukum silogisme.
Berdasarkan hal tersebut tentu saja kita akan mampu melihat setiap argumen, pendapat, alasan, atau gagasan yang kita baca atau dengar. Dengan demikian, secara kritis kita mengembangkan sikap berpikir ke arah yang cerdik, pintar, arif, dan tidak menerima begitu saja kebenaran / opini yang dikemukakan pihak lain. Berdasarkan hal inilah akhirnya kita mampu menerima, meluruskan, menyanggah, atau menolak suatu pendapat yang kita terima.

LAPORAN ILMIAH

LAPORAN ILMIAH


A. Pengertian Umum

Laporan ialah suatu wahana penyampaian berita, informasi, pengetahuan, atau gagasan dari seseorang kepada orang lain. Laporan ini dapat berbentuk lisan dan dapat berbentuk tulisan. Laporan yang disampaikan secara tertulis merupakan suatu karangan. Jika laporan ini berisi serangkaian hasil pemikiran yang diperoleh dari hasil penelitian, pengamatan ataupun peninjauan, maka laporan ini termasuk jenis karangan ilmiah. Dengan kata lain, laporan ilmiah ialah sejenis karangan ilmiah yang mengupas masalah ilmu pengetahuan dan teknologi yang sengaja disusun untuk disampaikan kepada orang-orang tertentu dan dalam kesempatan tertentu.
Laporan Ilmiah adalah laporan yang disusun melalui tahapan berdasarkan teori tertentu dan menggunakan metode ilmiah yang sudah disepakati oleh para ilmuwan (E.Zaenal Arifin,1993).
Dan menurut Nafron Hasjim & Amran Tasai (1992) Karangan ilmiah adalah tulisan yang mengandung kebenaran secara obyektif karena didukung oleh data yang benar dan disajikan dengan penalaran serta analisis yang berdasarkan metode ilmiah.
Laporan ilmiah adalah bentuk tulisan ilmiah yang disusun berdasarkan data setelah penulis melakukan percobaan, peninjauan, pengamatan, atau membaca artikel ilmiah.

Berikut ini adalah beberapa hal yang harus diperhatikan tentang laporan ilmiah.
1. Kegiatan menulis laporan ilmiah merupakan kegiatan utama terakhir dari suatu
kegiatan ilmiah.
2. Laporan ilmiah mengemukakan permasalahan yang ditulis secara benar, jelas, terperinci, dan ringkas.
3. Laporan ilmiah merupakan media yang baik untuk berkomunikasi di lingkungan akademisi atau sesama ilmuwan.
4. Laporan ilmiah merupakan suatu dokumen tentang kegiatan ilmiah dalam memecahkan masalah secara jujur, jelas, dan tepat tentang prosedur, alat, hasil temuan, serta implikasinya.
5. Laporan ilmiah dapat digunakan sebagai acuan bagi ilmuwan lain sehingga syarat-syarat tulisan ilmiah berlaku juga untuk laporan.
6. Laporan ilmiah, umumnya, mempunyai garis besar isi (outline) yang berbeda-beda, bergantung dari bidang yang dikaji dan pembaca laporan tersebut. Namun, umumnya, isi laporan terdiri atas tiga bagian, yaitu pendahuluan, isi, dan penutup.

Suatu karya dapat dikatakan ilmiah jika memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Penulisannya berdasarkan hasil penelitian, disertai pemecahannya
2. Pembahasan masalah yang dikemukakan harus obyektif sesuai realita/ fakta
3. Tulisan harus lengkap dan jelas sesuai dengan kaidah bahasa, Pedoman Umum
4. Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD), serta Pedoman Umum Pembentukan Istilah (PUPI)
5. Tulisan disusun dengan metode tertentu
6. Tulisan disusun menurut sistem tertentu
7. Bahasanya harus lengkap, terperinci, teratur, ringkas, tepat, dan cermat sehingga tidak terbuka kemungkinan adanya ambiguitas, ketaksaan, maupun kerancuan.

Jenis Laporan Ilmiah
a. Laporan Lengkap (Monograf).
1) Menjelaskan proses penelitian secara menyeluruh.
2) Teknik penyajian sesuai dengan aturan (kesepakatan) golongan profesi dalam bidang ilmu yang bersangkutan.
3) Menjelaskan hal-hal yang sebenarnya yang terjadi pada setiap tingkat analisis.
4) Menjelaskan (juga) kegagalan yang dialami,di samping keberhasilan yang dicapai.
5) Organisasi laporan harus disusun secara sistamatis (misalnya :judul bab,subbab dan seterusnya,haruslah padat dan jelas).

b. Artikel Ilmiah
1) Artikel ilmiah biasanya merupakan perasan dari laporan lengkap.
2) Isi artikel ilmiah harus difokuskan kepada masalah penelitian tunggal yang obyektif.
3) Artikel ilmiah merupakan pemantapan informasi tentang materi-materi yang terdapat dalam laporan lengkap.

c. Laporan Ringkas
Laporan ringkas adalah penulisan kembali isi laporan atau artikel dalam bentuk yang lebih mudah dimengerti dengan bahasa yang tidak terlalu teknis (untuk konsumsi masyarakat umum).

B. Sistematika Laporan
Ilmiah Laporan ilmiah dapat berbentuk naskah atau buku karena berisi hal-hal yang terperinci berkaitan dengan data-data yang akurat dan lengkap. Secara umum, sistematika suatu laporan yang lengkap terdiri dari 3 bagian pokok, yaitu bagian pembuka, bagian isi, dan bagian penutup.

1. Bagian Pembuka
Bagian pembuka umumnya digunakan apabila laporan merupakan tulisan yang berdiri sendiri secara utuh. Untuk laporan penelitian dalam jurnal atau bagian dari sebuah buku, tidak seluruh unsur dalam bagian pembuka tersebut digunakan. Bagian pembuka ini terdiri atas :
a. Halaman judul: judul, maksud, tujuan penulisan, identitas penulis, instansi asal, kota penyusunan, dan tahun
b. Halaman pengesahan (jika perlu)
c. Halaman motto/semboyan (jika perlu)
d. Halaman persembahan (jika perlu)
e. Prakata;
f. Daftar isi;
g. Daftar tabel (jika ada)
h. Daftar grafik (jika ada)
i. Daftar gambar (jika ada)
j. Abstak : uraian singkat tentang isi laporan

2. Bagian Isi
Bagian isi merupakan menyajikan atau mengomunikasikan informasi ilmiah yang ingin disampaikan. Pada bagian isi inilah seluruh komponen pendahuluan, kajian pustaka dan kerangka teori, metodologi penelitian, hasil dan pembahasan, serta simpulan dan saran disajikan secara lengkap. Bagian isi terdiri dari :

a. Bab I Pendahuluan
Pendahuluan merupakan tulisan yang disusun untuk memberikan orientasi kepada pembaca mengenai isi laporan penelitian yang akan dipaparkan, sekaligus perspektif yang diperlukan oleh pembaca untuk dapat memahami informasi yang akan disampaikan Pendahuluan terdiri atas :
(1) Latar belakang
(2) Identitas masalah
(3) Pembatasan masalah
(4) Rumusan masalah
(5) Tujuan dan manfaat

b. Bab II :
Kajian Pustaka
Kajian pustaka mengungkapkan teori-teori serta hasil-hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan pada topik yang sama atau serupa. Berdasarkan analisis terhadap pustaka tersebut, peneliti dapat membatasi masalah dan ruang lingkup penelitian, serta menemukan variabel penelitian yang penting dan hubungan antarvariabel tersebut.

c. Bab III :
Metode
Pada bagian ini biasanya dijelaskan secara rinci mengenai desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, metode pengumpulan dan analisis data, serta kelemahan penelitian.

d. Bab IV :
Pembahasan
Pembahasan pada dasarnya merupakan inti dari sebuah tulisan ilmiah. Pada bagian ini penulis menyajikan secara cermat hasil analisis data serta pembahasannya berdasarkan kajian pustaka dan kerangka teori yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya.

e. Bab V :
Penutup
Penutup berisi tentang kesimpulan dan saran dari laporan ilmiah tersebut. Kesimpulan adalah gambaran umum seluruh analisis dan relevansinya dengan hipotesis dari penelitian yang dilakukan. Kesimpulan diperoleh dari uraian analisis, interpretasi dan deskripsi yang telah dituliskan pada bagian analisis dan pembahasan. Untuk menulis simpulan, penulis perlu mengajukan pertanyaan pada diri sendiri tentang hasil apa yang paling penting dari penelitian yang dilakukan. Jawaban dari pertanyaan tersebutlah yang dituliskan pada bagian simpulan. Pada bagian akhir, biasanya simpulan disertai dengan saran mengenai penelitian lanjut yang dapat dilakukan

3. Bagian Penutup
a. Daftar Pustaka
b. Daftar Lampiran
c. Indeks daftar istilah

C. Langkah-Langkah Membuat Laporan
Agar dapat menyusun laporan yang baik dan efektif, perlu dipersiapkan dengan matang. Hal-hal yang perlu dilakukan adalah seperti berikut.
1. Menetapkan tujuan laporan Pembuat laporan harus tahu, untuk apa laporan dibuat dan siapa yang akan membaca laporan tersebut.

2. Menentukan Bahan Laporan Bahan-bahan laporan yang dapat digunakan adalah:
(1) surat-surat keputusan
(2) notulen hasil rapat
(3) buku-buku pedoman
(4) hasil kegiatan
(5) hasil penelitian
(6) hasil diskusi

3. Menentukan cara penngumpulan data Cara pengumpulan data yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.
(1) Membuat petunjuk pelaksanaan bagi peneliti yang menjelaskan sasaran dan penyesuaian kegiatan
(2) Melakukan wawancara
(3) Mengumpulkan dokumen pelaksanaan kegiatan
(4) Penyusunan daftar pengecekkan untuk melihat data yang ada dan yang tidak ada

4. Mengevaluasi Data Data yang telah dikumpulkan dievaluasi untuk dibuat suatu simpulan.

5. Membuat Kerangka Laporan Kerangka laporan dibuat sesuai dengan sistematika laporan.

D. Teknik Penulisan Daftar Pustaka
Daftar pustaka atau bibliografi yang berisi buku, makalah, artikel, atau bahan lainnya mempunyai pertalian dengan sebuah tulisan atau sebagian dari tulisan yang sedang dibuat. Melalui daftar pustaka, pembaca dapat mengetahui keseluruhan sumber yang digunakan dalam tulisan yang dibacanya sehingga dapat merujuk pada sumber asli Unsur-unsur yang ditulis dalam daftar pustaka secara berturut-turut meliputi: nama penulis, tahun penerbitan, judul tulisan, kota tempat penerbitan, dan nama penerbit.
Penulisan daftar pustaka, secara umum adalah sebagai berikut.
1. Daftar Pustaka disusun secara alfabet (A,B,C,.....) berturut-turut dari atas ke bawah tanpa menggunakan angka arab, tanda hubung, dan semacamnya.

2. Cara penulisan sebuah sumber pustaka berturut-turut adalah sebagai berikut.
a. Penulisan nama pengarang Nama pengarang bagian belakang (nama akhir atau nama keluarga) ditulis lebih dahulu, diikuti tanda koma baru nama bagian depan kemudian diikuti titik. Jika buku disusun oleh sebuah komisi atau lembaga, dipakai menggantikan nama pengarang. Jika tidak ada nama pengarang, urutannya harus dimulai dengan judul buku.
b. Menuliskan tahun terbit buku, diikuti tanda titik
c. Menuliskan judul buku, diberi garis bawah atau ditulis dengan huruf miring, diikuti tanda titik
d. Menuliskan tempat atau kota penerbitan, diikuti tanda titik dua.
e. Menuliskan nama penerbit dan diikuti tanda titik

3. Apabila digunakan dua sumber pustaka atau lebih yang sama penulisnya, sumber ditulis dari buku yang lebih dulu terbit diikuti buku yang terbit kemudian.

4. Bila tidak ada nama penulis, judul buku atau artikel yang dimasukkan dalam urutan alfabet.

5. Jarak antara baris dan baris untuk satu referensi adalah satu spasi tetapi jarak antara pokok dengan pokok adalah dua spasi.

6. Baris pertama dimulai dari margin kiri. Baris kedua dan seterusnya dari tiap pokok harus dimasukkan ke dalam sebanyak empat ketukan mesin tik.

7. Apabila sebuah referensi ditulis oleh lebih dari dua orang penulis, hanya satu nama yang dicantumkan dalam daftar pustaka dengan susunan nama terbalik. Untuk nama penulis lainnya disingkat dkk atau dll.

E. Format Penulisan Laporan
Ukuran dan Jenis Kertas Format penulisan sesuai dengan sistematika laporan formal di atas. Format penulisannya tergambarkan dalam daftar isi dengan pengetikan atau penulisan yang teratur, terperinci, dan jelas bagian-bagiannya. Adapun teknik penulisan meliputi hal-hal sebagai berikut
1. Margin Ukuran margin terdiri atas batas kiri dan batas atas 4 cm. Serta batas kanan dan batas bawah 3 cm dari pinggir kertas. Semua tulisan termasuk tabel dan gambar berada dalam margin. Subjudul bagian bawah halaman harus diikuti dengan dua baris penuh di bawahnya, bila tidak memungkinkan subjudul ditulis pada halaman berikutnya. Begitupun kata terakhir pada suatu halaman tidak boleh dipisahkan ke halaman berikutnya tetapi seluruh kata ditulis pada halaman berikutnya.

2. Spasi Secara umum keseluruhan tulisan menggunakan spasi ganda. Kecuali untuk tabel, daftar pustaka, dan kutipan mempergunakan pula spasi tunggal (sesuai dengan aturan penulisan kutipan dan daftar pustaka). Alinea baru dapat dimulai dengan perbedaan spasi.

3. Penomoran Penomoran meliputi penomoran halaman, bab, subbab, dan rincian uraian.
a. Penomoran Halaman Halaman-halaman pendahuluan diberi nomor dengan menggunakan angka romawi kecil. Halaman-halaman isi dan penunjang menggunakan angka arab. Letak penomoran halaman ditempatkan di tengah dan dua spasi di atas margin bawah (bottom, center, headfooter 2,2 cm)
b. Penomoran Bab dan Subbab Penomoran mempergunakan penanda urutan sebagai berikut.
(1) Tingkat pertama dengan tanda: I, II, III, IV, V, dan seterusnya.
(2) Tingkat kedua dengan tanda: 1.1, 1.2, 1.3, 1.4, 1.5, dan seterusnya.
(3) Tingkatan ketiga dengan tanda: 1.1.1, 1.1.2, 1.1.3, 1.1.3, 1.1.4, 1.1.5, dan seterusnya.
(4) Tingkatan keempat dengan tanda: 1.1.1.1, 1.1.1.2, 1.1.1.3, 1.1.1.4, dan seterusnya.
(5) Tingkatan kelima dengan tanda: 1.1.1.1.1, 1.1.1.1.2, 1.1.1.1.3, 1.1.1.1.4, dan seterusnya.

4. Tabel atau Gambar
a. Tabel Sebuah tabel terdiri atas nomor dan judul tabel, stub, box head, dan body. Nomor tabel ditulis dengan angka arab. Penomoran tabel menurut bab, misalnya nomor tabel 2.1, artinya tabel tersebut tabel pertama yang ada pada bab kedua. Judul harus padat dan dapat memberikan keterangan tentang data yang tercantum dalam tabel. Judul ditulis dengan huruf kapital setiap unsur katanya kecuali kata hubung. Apabila tabel bersumber pada tulisan atau referensi lain, tuliskan sumber referensinya pada bawah tabel.
b. Gambar Istilah gambar mencakup di dalamnya diagram bundar, batang, garis, histogram, dan sebagainya. Gambar harus diberi nomor dan judul. Pemberian nomor dan judul tidak berbeda dengan pemberian nomor dan judul pada tabel. Perbedaannya terletak pada penempatan. Nomor dan judul gambar diletakkan di bawah gambar.

5. Bahasa Bahasa yang dipergunakan dalam laporan ilmiah harus mengandung kejelasan dan reproduktif. Untuk ejaan dan peristilahan berpedoman pada EYD dan Pedoman Pembentukan Istilah.

6. Jenis Kertas Jenis kertas yang dipakai adalah jenis HVS, ukuran folio, atau kuarto bergantung pada aturan yang telah ditetapkan.

Karya Ilmiah

Karya ilmiah (bahasa Inggris: scientific paper) adalah laporan tertulis dan diterbitkan yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.

Ada berbagai jenis karya ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium, dan artikel jurnal yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya.

Di perguruan tinggi, khususnya jenjang S1, mahasiswa dilatih untuk menghasilkan karya ilmiah seperti makalah, laporan praktikum, dan skripsi (tugas akhir). Skripsi umumnya merupakan laporan penelitian berskala kecil, tetapi dilakukan cukup mendalam. Sementara itu, makalah yang ditugaskan kepada mahasiswa lebih merupakan simpulan dan pemikiran ilmiah mahasiswa berdasarkan penelaahan terhadap karya-karya ilmiah yang ditulis oleh para pakar dalam bidang persoalan yang dipelajari. Penyusunan laporan praktikum ditugaskan kepada mahasiswa sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan 
 

Tujuan Karya Ilmiah

  • Sebagai wahana melatih mengungkapkan pemikiran atau hasil penelitiannya dalam bentuk tulisan ilmiah yang sistematis dan metodologis.
  • Menumbuhkan etos ilmiah di kalangan mahasiswa, sehingga tidak hanya menjadi konsumen ilmu pengetahuan, tetapi juga mampu menjadi penghasil (produsen) pemikiran dan karya tulis dalam bidang ilmu pengetahuan, terutama setelah penyelesaian studinya.
  • Karya ilmiah yang telah ditulis itu diharapkan menjadi wahana transformasi pengetahuan antara sekolah dengan masyarakat, atau orang-orang yang berminat membacanya.
  • Membuktikan potensi dan wawasan ilmiah yang dimiliki mahasiswa dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam bentuk karya ilmiah setelah yang bersangkutan memperoleh pengetahuan dan pendidikan dari jurusannya.
  • Melatih keterampilan dasar untuk melakukan penelitian.

Manfaat Karya Ilmiah

Manfaat penyusunan karya ilmiah bagi penulis adalah berikut:
  • Melatih untuk mengembangkan keterampilan membaca yang efektif;
  • Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber;
  • Mengenalkan dengan kegiatan kepustakaan;
  • Meningkatkan pengorganisasian fakta/data secara jelas dan sistematis;
  • Memperoleh kepuasan intelektual;
  • Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan;
  • Sebagai bahan acuan/penelitian pendahuluan untuk penelitian selanjutnya

Sistematika Penulisan Karya Ilmiah

Bagian Pembuka

  • Cover
  • Halaman judul.
  • Halaman pengesahan.
  • Abstraksi
  • Kata pengantar.
  • Daftar isi.
  • Ringkasan isi.

Bagian Isi

Pendahuluan

  • Latar belakang masalah.
  • Perumusan masalah.
  • Pembahasan/pembatasan masalah.
  • Tujuan penelitian.
  • Manfaat penelitian.

Kajian teori atau tinjauan kepustakaan

  • Pembahasan teori
  • Kerangka pemikiran dan argumentasi keilmuan
  • Pengajuan hipotesis

Metodologi penelitian

  • Waktu dan tempat penelitian.
  • Metode dan rancangan penelitian
  • Populasi dan sampel.
  • Instrumen penelitian.
  • Pengumpulan data dan analisis data.

Hasil Penelitian

  • Jabaran varibel penelitian.
  • Hasil penelitian.
  • Pengajuan hipotesis.
  • Diskusi penelitian, mengungkapkan pandangan teoritis tentang hasil yang didapatnya.

Bagian penunjang

  • Daftar pustaka.
  • Lampiran- lampiran antara lain instrumen penelitian.
  • Daftar Tabel
 

Rabu, 10 Oktober 2012

Pengertian Karya Ilmiah

Karya ilmiah merupakan karya tulis yang berisi suatu pembahasan ilmiah yang dilakukan oleh seorang penulis. Untuk memberitahukan sesuatu hal secara logis dan sistematis kepada para pembaca. Karya ilmiah biasanya ditulis untuk mencari jawaban mengenai sesuatu hal dan untuk membuktikan kebenaran tentang sesuatu yang terdapat dalam objek tulisan. Istilah karya ilmiah disini adalah mengacu kepada karya tulis yang menyusun dan penyajiannya didasarkan pada kajian ilmiah dan cara kerja ilmiah. Dalam penulisan, baik makalah maupun laporan penelitian, didasarkan pada kajian ilmiah dan cara kerja ilmiah. Penyusunan dan penyajian karya semacam itu didahului oleh studi pustaka dan studi lapangan. 
Karya tulis yang memiliki karakteristik keilmuan dan memenuhi syarat keilmuan, yaitu:
  • Isi kajian berada pada lingkup pengetahuan ilmiah.
  • Menggunakan metode berpikir ilmiah.
  • Sosok tulisan keilmuan 

Karangan diklasifikasikan menjadi 3 jenis berdasarkan bobot isi karangan tersebut.

1. Karangan Ilmiah 
Karangan ilmiah memiliki aturan baku dan sejumlah persyaratan khusus yang menyangkut metode dan penggunaan bahasa. Contohnya adalah makalah, laporan, skripsi, tesis, disertasi.

2. Karangan Semi Ilmiah
Karangan semi ilmiah berada diantara karangan ilmiah dan karangan non ilmiah. Contohnya adalah artikel, editorial, opini, feuture, reportase. 
  
3. Karangan Non Ilmiah
Karangan non ilmiah adalah karangan yang tidak terikat pada karangan baku. Contohnya adalah anekdot, opini, dongeng, hikayat, cerpen, novel, roman, dan naskah drama.

Penalaran Deduktif

Penalaran Deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.
Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional,instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahuluharus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian dilapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakankata kunci untuk memahami suatu gejala.

Contoh : yaitu sebuah sistem generalisasi.
Laptop adalah barang eletronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi, DVD Player adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi.
Generalisasi : semua barang elektronik membutuhkan daya listrik untuk beroperasi.

Pengertian Premis Mayor dan Premis Minor
Premis mayor adalah pernyataan umum, sementara premis minor artinya pernyataan khusus. Proses itu dikenal dengan istilah silogisme. Silogisme merupakan proses penalaran di mana dari dua proposisi (sebagai premis) ditarik suatu proposisi baru (berupa konklusi). Misalnya : "Semua orang akhirnya akan mati" (premis mayor). Hasan adalah orang (premis minor). Oleh karena itu, "Hasan akhirnya juga akan mati" (kesimpulan). Jadi, berfikir deduktif adalah berfikir dari yang umum ke yang khusus. Dari yang abstrak ke yang konkrit. Dari teori ke fakta-fakta.

Jenis Penalaran Deduktif
Jenis penalaran deduktif yang menarik kesimpulan secara tidak langsung yaitu:
1. Silogisme Kategorial : Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi. Silogisme kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris. Konditional hipotesis yaitu : bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya Menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor.
Contoh :
Premis Mayor : Tidak ada manusia yang abadi
Premis Minor : Socrates adalah manusia
Kesimpulan : Socrates tidak abadi

Kaedah- kaedah dalam silogisme kategorial adalah :
1. Silogisme harus terdiri atas tiga term yaitu : term mayor, term minor, term penengah.
2. Silogisme terdiri atas tiga proposisi yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan
3. Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.
4. Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negative.
5. Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
6. Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.
7. Bila premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus.
8. Dari premis mayor khusus dan premis minor negatif tidak dapat ditarik satu simpulan.

2. Silogisme Hipotesis : Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis. Menurut Parera (1991: 131) Silogisme hipotesis terdiri atas premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Akan tetapi premis mayor bersifat hipotesis atau pengadaian dengan jika … konklusi tertentu itu terjadi, maka kondisi yang lain akan menyusul terjadi. Premis minor menyatakan kondisi pertama terjadi atau tidak terjadi. Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotesis:
1. Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian antecedent, seperti:
Jika hujan, saya naik becak.
Sekarang hujan.
Jadi saya naik becak.

2. Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagiar konsekuennya, seperti:
Bila hujan, bumi akan basah.
Sekarang bumi telah basah.
Jadi hujan telah turun.

3. Silogisme hipotesis yang premis minornya mengingkari antecedent, seperti:
Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka
kegelisahan akan timbul. Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa, Jadi kegelisahan tidak akan timbul. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya, seperti:
Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah Pihak penguasa tidak gelisah. Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan.

Kaedah- kaedah Silogisme Hipotesis
• Mengambil konklusi dari silogisme hipotesis jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting di sini adalah menentukan kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar.
Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, jadwal hukum silogisme hipotetik adalah:
1) Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
2) Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
3) Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
4) Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana
Contoh :
a) Premis Mayor: Jika tidak turun hujan, maka panen akan gagal
Premis Minor: Hujan tidak turun
Konklusi : Sebab itu panen akan gagal.
b) Premis Mayor : Jika tidak ada air, manusia akan kehausan.
Premis Minor : Air tidak ada.
Kesimpulan : Manusia akan kehausan.
3. Silogisme Akternatif : silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain. Proposisi minornya adalah proposisi kategorial yang menerima atau menolak salah satu alternatifnya. Konklusi tergantung dari premis minornya.
Silogisme ini ada dua macam, silogisme disyungtif dalam arti sempit dan silogisme disyungtif dalam arti luas. Silogisme disyungtif dalam arti sempit mayornya mempunyai alternatif kontradiktif, seperti:
la lulus atau tidak lulus.
Ternyata ia lulus
Jadi, la bukan tidak lulus
Silogisme disyungtif dalam arti luas premis mayomya mempunyai alternatif bukan kontradiktif, seperti:
Xsa di rumah atau di pasar.
Ternyata tidak di rumah.
Jadi, di pasar
Silogisme disyungtif dalam arti sempit maupun arti iuas mempunyai dua tipe yaitu:
1. Premis minornya mengingkari salah satu alternatif, konklusi-nya adalah mengakui alternatif yang lain.
2. Premis minor mengakui salah satu alternatif, kesimpulannya adalah mengingkari alternatif yang lain.
Kaedah-kaedah silogisme alternatif :
1. Silogisme disyungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya valid
2. Silogisme disyungtif dalam arti luas, kebenaran koi adalah sebagai berikut:
a. Bila premis minor mengakui salah satu alterna konklusinya sah (benar)
Contoh :
Rizki menjadi guru atau pelaut.
la adalah guru.
Jadi bukan pelaut
Rizki menjadi guru atau pelaut.
la adalah pelaut.
Jadi bukan guru
b. Bila premis minor mengingkari salah satu a konklusinya tidak sah (salah)
Contoh :
Penjahat itu lari ke Surabaya atau ke Yogya.
Ternyata tidak lari ke Yogya.
Jadi ia lari ke Surabaya. (Bisa jadi ia lari ke kota lain).
Rifki menjadi guru atau pelaut.
Ternyata ia bukan pelaut.
Jadi ia guru. (Bisa jadi ia seorang pedagang)
Contoh :
Premis Mayor : Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Premis Minor : Nenek Sumi berada di Bandung.
Kesimpulan : Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.

4. Entimen : Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun tulisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulan.
Entimen atau Enthymeme berasal dari bahasa Yunani “en” artinya di dalam dan “thymos” artinya pikiran adalah sejenis silogisme yang tidak lengkap, tidak untuk menghasilkan pembuktian ilmiah, tetapi untuk menimbulkan keyakinan dalam sebuah entimem, penghilangan bagian dari argumen karena diasumsikan dalam penggunaan yang lebih luas, istilah "enthymeme" kadang-kadang digunakan untuk menjelaskan argumen yang tidak lengkap dari bentuk selain silogisme.
Menurut Aristoteles yang ditulis dalam Retorika, sebuah "retorik silogisme" adalah bertujuan untuk pembujukan yang berdasarkan kemungkinan komunikan berpendapat sedangkan teknik bertujuan untuk pada demonstrasi. Kata lainnya, entimem merupakan silogisme yang diperpendek.
Contoh :
Rumus Entimen:
PU : Semua A = B : Pegawai yang baik tidak pernah datang terlambat.
PK : Nyoman pegawai yang baik.
S : Nyoman tidak pernah datang terlambat
Entimen : Nyoman tidak pernah datang terlambat karena ia pegawai yang baik
Beberapa ciri utama dari penalaran deduktif, yaitu :
1. Jika semua premis benar maka kesimpulan pasti benar
2. Semua informasi atau fakta pada kesimpulan sudah ada, sekurangnya secara implisit, dalam premis.

Senin, 09 April 2012

Puluhan Anak Transmigran Putus Sekolah

MOROTAI, KOMPAS.com - Puluhan anak transmigrasi di Morotai, Maluku Utara, terpaksa menerima kenyataan karena mengikuti orang tuanya bertransmigrasi ke Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara. Sebanyak 26 anak usia sekolah di lokasi transmigrasi SP4 itu kini tak lagi menikmati pendidikan saat 39 transmigran asal Jawa Barat dan Jawa Timur menempati lokasi transmigrasi itu sejak 23 Desember 2009 lalu.

"Saat kita sampai di sini tidak ada bangunan sekolahnya, ke mana anak-anak kita mau sekolah? Mau ke SP1 jauh sekali, terpaksa anak-anak tidak sekolah sejak atang ke sini (Morotai)," ungkap Bejo (42), transmigran asal Jawa Barat yang menempati lokasi SP4, Senin (9/4/2012).
Sebelum mengikuti jejak orang tuanya bertransmigrasi, puluhan anak-anak itu pernah bersekolah di daerah asalnya, mulai dari jenjang TK sampai SMA. Paling banyak adalah anak usia sekolah tingkat dasar atau SD.
Adapun jumlah transmigran asal Pulau Jawa yang menempati lokasi transmigrasi SP4 Morotai saat ini sebanyak 37 KK. Mereka datang bersama istri dan anak-anaknya. Sebanyak 26 anak diantaranya adalah anak-anak berusia sekolah. Dari jumlah itu, 17 diantaranya masih duduk di bangku SD.
Kini, anak-anak itu tidak lagi menikmati dunia sekolah karena di lokasi transmigrasi ini tidak ada sarana pendidikan. Di wilayah sekitar memang ada beberapa sekolah untuk tingkat SD dan SMP seperti di SP1. Namun, jarak 3 kilometer dari SP4 ke SP1 tidak mungkin ditempuh anak-anak ini dengan berjalan kaki.
Ari (17) misalnya, memilih keluar ke kota (Daruba) untuk mencari pekerjaan daripada melanjutkan sekolah.
"Kasihan dia (Ari). Mau sekolah tidak ada sekolah yang dekat. Akhirnya dia tidak betah di sini. Maunya pulang, tapi tidak ada uang. Jadi, dia langsung ke kota cari pekerjaan," tutur Bejo, orang tua Ari.
Sumadi (59), warga lainnya, juga mengeluhkan hal sama.
"Cucu saya, Tuti (17), sampai ke sini langsung putus sekolah. Sekarang ia sudah ke Daruba, kerja di toko," timpal Sumadi.
Warga transmigrasi ini umumnya berharap Pemerintah Provinsi Maluku Utara dapat membangun sarana pendidikan di lokasi transmigrasi SP4. Mereka berharap, dengan begitu anak-anak mereka dapat mengenyam pendidikan seperti saat sebelum datang ke lokasi transmigrasi.

Penyelesaian Masalah :
Harusnya pemerintah menyediakan fasilitas pendidikan di wilayah SP4, sehingga mereka pun tidak mengalami kesulitan untuk dapat bersekolah. Sekolah adalah hak setiap anak, jadi pemerintah seharusnya bukan menyulitkan, tapi memudahkan mereka dalam mendapatkan poendidikan. Dengan membangun sekolah atau membuat fasilitas sekolah untuk dapt menempuh jarak 3 kilometer menuju wilayah SP1 saya rasa itu jalan keluar yang tepat.

Rizka Suci Ultari
26210110
2EB18

Ekonomi Sebagai Salah Satu Penyebab Korupsi


INILAH.COM, Bandung - Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD mengatakan, banyaknya kasus korupsi yang terjadi di Indonesia salah satunya karena masalah ekonomi yang terjadi di negara Indonesia.
"Sekarang ini korupsi terjadi akibat perebutan sumber daya ekonomi yang merajalela, apa bisa negara ini diperbaiki?," kata Mahfud kepada wartawan, di Kampus Unisba, Jalan Tamansari Kota Bandung, Selasa (13/12/2011).
Dia melihat, persoalan yang terjadi dalam kehidupan ekonomi Indonesia adalah telah terjadinya kesenjangan antara ekonomi yang kuat dan lemah.
"Dari 50% kekayaan yang dimiliki Indonesia, hanya dikuasai oleh 50 orang Indonesia, padahal jumlah penduduk Indonesia mencapai 230 juta," ucapnya.
Dia melihat, di negara kapitalis, ekonomi menjadi salah satu sebab terjadinya korupsi, tetapi hukum di negara tersebut lebih tegas dalam bertindak.

Penyelesaian Masalah :
Terlalu miris bagi saya ketika mendengar kata KORUPSI. It's not interesting news for me. Perebutan sumber daya ekonomi yang merajalela? Sungguh pemerintah tak pernah memikirkan bagaimana sulitnya masyarakat yang berada dibawah. Indonesia kaya, punya segalanya, tapi miskin dalam aspek hukumnya, mereka akan melemah hanya karena uang. Menurut saya, tak ada cara lain selain mendapatkan pemimpin negara yang benar-benar disegani, dan benar-benar ingin memperbaiki negara Indonesia, memperkuat hukumnya agar dapat menuju Indonesia yang mandiri dimasa depan.

Rizka Suci Ultari
26210110
2EB18

Stres Kesulitan Ekonomi, Suami Bacok Istr


Polhukam / Selasa, 20 Maret 2012 20:53 WIB


Metrotvnews.com, Cirebon: 
Seorang suami di Cirebon, Jawa Barat, Selasa (20/3) tega membacok istrinya hingga luka serius. Korban dibacok di bagian kepala hingga telinganya nyaris putus.

Pria berinisial AR, warga Desa Plered, Cirebon, itu mengaku kepada tim penyidik Kepolisian Sektor Plered bahwa dirinya telah membacok istrinya dengan sebilah pedang.

AR juga menjelaskan motif dari tindakan kejamnya itu lantaran tak tahan bertengkar dengan istri mengenai masalah ekonomi keluarga.

Istri pelaku bernama Erisa masih tebaring lemas di Rumah Sakit Umum Arjawinangun Cirebon. Pasangan yang sudah 10 tahun menjalani rumah tangga itu dikaruniai empat orang anak.

Meski menyesal, pelaku harus mempertanggung jawabkan perbuatannya itu berdasarkan hukum yang berlaku.(Abdul Jalil Hermawan/Wrt1)



Penyelesaian Masalah :
Hal ini sangatlah salah. dalam menyelesaikan masalah ekonomi keluarga, tidaklah seperti ini caranya. Masalah ekonomi tak akan selesai dengan hanya cara seperti ini. Pemerintah harusnya melihat kasus ini. Pemerintah harusnya membuka lapangan kerja seluas2nya, agar mereka tak terjerat lagi dengan masalah ekonomi, pemerintah ciptakan lapangan kerja sesuai dengan kemapuan dan pendidikan masyarakat, saya rasa jalan keluar yang tepat untuk mengurangi kekerasan akibat faktor ekonomi ini.

Rizka Suci Ultari
26210110
2EB18

Faktor Kesulitan Ekonomi, Modus Kasus Bayi Kembar Titi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus bayi kembar buah hati Titi Nurani Manulu (22 tahun) memiliki modus sama dengan kasus penculikan anak di Depok. "Modusnya sama, faktor kesulitan ekonomi," ujar Arist Merdeka Sirait, Ketua Komnas Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), saat menggelar konferensi pers di kantor KPAI, Jakarta, Rabu (21/3).

Arist mengatakan modusnya sama dengan menjaring ibu-ibu muda yang ditinggalkan suaminya dan butuh uang untuk biaya hidup. Modus seperti ini sering dilakukan dengan sasaran masyarakat miskin.

KPAI sudah menangani empat kasus anak hilang sepanjang 2012. Dua kasus diantaranya sudah selesai dan ibu bisa kembali bertemu dengan anaknya.
Grafik penjualan bayi dari tahun ke tahun meningkat. Tahun 2010 terjadi sebanyak 111 kasus dengan 26 kasus diantaranya hilang dari rumah sakit. Pada tahun 2011, jumlahnya meningkat menjadi 120 kasus anak hilang. Sebanyak 25 kasus diantaranya hilang di rumah sakit.
Arist mengemukakan sindikat penjualan bayi sudah semakin berkembang dan bahkan terkait sindikat internasional. Taktik mereka tertata rapi dan korban selalu dipantau oleh pelaku. 

Penyelesaian Masalah :
Miris, ketika kita melihat begitu banyak kasus penjualan bayi maupun anak hanya karena masalah ekonomi yang semakin hari semakin sulit. Harusnya ini tidak terjadi, andaikan pemerintah dapat menyelesaikan masalah kemiskinan tepat pada titik dimana masyarkat kita membutuhkan bantuan pemerintah. Tapi tak seharusnya juga para orangtua yang merasa kesulitan ekonomi, dapat menjadikan anaknya sebagai 'objek' untuk mengurangi kesulitan ekonominya. tak seharusnya ekploitasi anak terus meningkat, seharusnya orangtua merasa bertanggung jawab meski kita semua tau, itu tidaklah mudah. Dengan memberikan bantuan berupa bahan2 makanan kepada tidaklah cukup, membuka lapangan kerja seluas2nya dan memanfaatkan alam seoptimal mungkin tapi tidak merusak, menurut saya adalah jaln keluar yang tepat.

Rizka Suci Ultari
26210110
2EB18

Mobil Mewah Tak Bisa Dilarang Gunakan BBM Bersubsisdi


JAKARTA, KOMPAS.com — Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, pemerintah tak dapat melarang para pemilik mobil mewah menggunakan BBM bersubsidi. Pemerintah hanya bisa memberikan imbauan. Pasalnya, kata Hatta, baik pemilik mobil mewah maupun rakyat miskin sama-sama memiliki hak untuk menggunakan BBM bersubsidi.
"Kalau dibuat (larangan menggunakan) peraturan menteri, nanti ada yang merasa didiskriminasi. Jadi hanya bisa mengimbau. Masyarakat mampu janganlah menggunakan BBM bersubsidi. APBN kita akan tersedot luar biasa untuk subsidi," kata Hatta kepada para wartawan di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (3/4/2012).
Konsumsi BBM bersubsidi diperkirakan bisa mencapai angka 47 juta kiloliter, atau meningkat 7 juta kiloliter di atas asumsi volume BBM bersubsidi dalam APBN-Perubahan 2012 yang ditetapkan 40 juta kiloliter. Potensi lonjakan konsumsi BBM bersubsidi itu dikatakan sebagai dampak makin tingginya disparitas harga BBM bersubsidi dengan nonsubsidi.
Guna menutupi lonjakan konsumsi BBM bersubsidi, pemerintah akan melakukan penghematan besar-besaran. Sebagai tahap awal, pemerintah akan mengurangi belanja kementerian dan lembaga negara sebesar Rp 18,9 triliun. "Kita akan terus menggencet pengeluaran. Kita akan lihat satu per satu," sambung Hatta.
Sebelumnya, Ketua (Chairman) Lembaga Riset Ekonomi Independen EC-Think, Aviliani, mengatakan, pemerintah bisa mengoptimalkan ruang penghematan belanja dan penerimaan negara yang ada. Salah satu ruang yang bisa dihemat, kata Aviliani, adalah biaya operasi kegiatan hulu minyak dan gas bumi yang dapat dikembalikan (cost recovery).
Aviliani menilai cost recovery yang harus dibayar pemerintah kepada kontraktor minyak dan gas bumi terlalu besar. Cost recovery dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2012 yang disetujui dalam Rapat Paripurna DPR pada Sabtu dini hari lalu ditetapkan naik dari 12,5 dollar Amerika Serikat (AS) per barrel menjadi 15 dollar AS per barrel atau naik 21 persen. "Semestinya kenaikan cost recovery bisa 13 dollar AS per barrel," kata Aviliani, yang juga Sekretaris Komite Ekonomi Nasional.
Penghematan lain yang bisa dilakukan pemerintah, menurut Aviliani, adalah memangkas biaya perjalanan dinas di setiap kementerian dan lembaga. Di samping itu, Aviliani menambahkan, juga masih ada ruang penerimaan negara yang belum dihitung pemerintah, yakni penerimaan dari ekspor gas. Kenaikan harga minyak mentah dunia akan berimplikasi pada kenaikan penerimaan negara dari sektor gas.
"Potensi PPh (Pajak Penghasilan) 21 juga masih besar. Jika pemerintah bisa membereskan sisi penerimaan ini dulu, kenaikan harga BBM (bahan bakar minyak) bisa ditunda sampai tahun depan tanpa defisit anggaran jebol," kata Aviliani.

Penyelesaian masalah :
Seharusnya pemerintah lebih tegas dalam membuat peraturan tentang BBM bersubsidi ini. Karena, jika tidak maka subsidi ini tak akan sampai pada masyarakat yang benar-benar membutuhkan BBM bersubsidi ini. Ada beberapa berita yang mengatakan kendaraan diatas 1500cc diusulkan menggunakan pertamax. Saya rasa itu cukup membantu pemerintah untuk mengurangi biaya subsidi.

Rizka Suci Ultari
26210110
2EB18

Total Tayangan Halaman